blog yang bikin awet muda abadi..
mat"ipa"
1. A
2.D
3.C
4.E
5.A
6.B
7.B
8.B
9.C
10.D
Mengisi agenda baru dengan sederetan resolusi memang sudah menjadi tradisi yang populer begitu memasuki bulan Januari. Kita seakan-akan ingin membuat perubahan pada diri sendiri ke arah yang positif. Misalnya bercita-cita untuk berolahraga lebih banyak, atau bertekad untuk bersikap baik kepada sesama. Itu tidak salah, justru bagus sekali.
Tapi sejauh mana kita bisa mencapai resolusi tersebut dan seberapa kuat bisa mempertahankannya? Simak deh saran-saran di bawah ini supaya resolusi yang kita ciptakan tidak mubazir begitu saja.
1. Buat cita-cita yang bisa diraih, dan yakini diri kalau kita pasti bisa meraihnya.
Sering kita merasa gagal dalam meraih keinginan atau cita-cita yang sudah dibuat. Hal ini dikarenakan kita sendiri yang terlalu kreatif membuat cita-cita yang tidak realistis dengan keadaan diri kita sendiri. Simpan dulu saja keinginan untuk merubah dunia. Fokus pada cita-cita yang berefek pada diri sendiri dan masih dalam area kemampuan kita. Misalnya, bertekad untuk berolahraga lebih rajin atau menyisihkan sebagian uang jajan untuk beramal.
2. Tulis resolusi kita secara lengkap dan terperinci.
Kalau punya cita-cita yang besar, kita harus buat jalan atau langkah demi langkah apa saja yang harus dilalui. Anggap saja impian besar kita itu adalah kemenangan pada pertandingan final, dimana untuk mencapainya kita harus melalui dulu beberapa pertandingan sebelumnya. Keberhasilan kita mengerjakan langkah demi langkah dalam proses meraih cita-cita ibarat kemenangan yang kita raih pada setiap babak pertandingan.
3. Buat jangka waktu dan biasakan untuk selalu disiplin.
Supaya bisa mencapai ke tujuan kita perlu membuat pembagian waktu yang berisi langkah-langkah apa saja yang harus dikerjakan. Pada setiap langkahnya buat batas final kapan harus selesai. Misal cita-cita kita adalah berolahraga selama 30 menit setiap hari Senin, Rabu dan Sabtu. Kita bisa memulainya dengan jadwal sekali seminggu dulu, kemudian dua kali hingga akhirnya bisa tiga kali seminggu. Jangan lupa untuk memberi tanda bintang sebagai lambang keberhasilan pada setiap langkah yang bisa dicapai.
Kalau kita membiasakan diri untuk selalu membuat tekad atau cita-cita lengkap dengan langkah-langkah nyatanya, bisa dipastikan hidup kita juga akan lebih terarah dan rapi, alias tidak berantakan kemana-mana tanpa tujuan. Satu hal yang tidak boleh dilupakan : tetap semangat dan jangan mudah menyerah !
sumber : http://www.acehforum.or.id
Setiap orang punya cita-cita (dreams). Paling tidak, waktu kecil kita punya cita-cita. Setelah dewasa biasanya cita-cita itu hilang digantikan dengan kesibukan sehari-hari.
Waktu kecil saya punya cita-cita ingin jadi pembalap (Formula 1).
(Gambar di samping merupakan foto anak saya – Luqman – naik Go Cart di BSM.)
Kemudian lupa mau jadi apa lagi ya? Jadi pilot? Jadi artis? (Seperti di tulisan ini.) he he he. Jadi ingat lagu “Jadi Presiden”. Kalau dulu, rasanya nggak ada yang bercita-cita jadi Presiden ya?
Kemudian sekarang sudah menjadi apa adanya seperti ini ya melupakan cita-cita. Sama seperti Anda sekalian. ha ha ha.
Masih ingat, dulu punya cita-cita jadi apa?
SUMBER : Padepokan Budi Rahardjo
Menurut Anda, Bill Gates yang terkenal itu memiliki sebuah impian yang ditulisnya untuk menjadi orang terkaya di dunia? Menurut Anda, apakah Bill Gates memiliki impian bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi raja piranti lunak yang berada di bawah naungan Microsoft?
Ijinkan saya menceritakan kepada Anda, bagaimana Bill Gates memulai suatu momen bersejarah, dimana pada momen itulah kerajaan Microsoft mulai menanjak naik secara drastis. Bill Gates dikala itu adalah seorang pemuda yang bersahabat dengan Paul Allen. Mereka berdua senang sekali menggeluti dunia komputer dan piranti lunak. Satu hal yang mereka sadari bahwa komputer di masa itu belum memiliki bahasa program. Dan pasti Anda sudah tahu, ketika sebuah komputer belum memiliki bahasa program, maka komputer itu hanya merupakan seonggok timah yang bisa menyala saja, tidak dapat dioperasikan.
Hingga suatu ketika, ia bersama dengan Paul Allen datang ke kantor IBM, dan menawarkan bahasa program bagi komputer-komputer rakitan IBM. Menariknya, Bill Gates yang berbicara kala itu memberikan sebuah pernyataan menarik, “Kami punya jawaban atas masalah Anda. Kami mempunyai bahasa program bagi komputer Anda, dan kami patenkan yang diberi nama dengan DOS”. Di sinilah momentum bersejarah itu terjadi. Mereka bahkan tidak tahu bahwa pertemuan dan kalimat tersebut akan menjadi sebuah momentum bersejarah akan kejayaan Microsoft. Kenapa mereka tidak tahu bahwa hal tersebut akan menjadi momentum bersejarah kala itu?
Karena di saat mereka keluar dari kantor IBM, Paul Allen sedikit marah dengan Bill Gates karena mereka berdua tahu bahwa bahasa program (DOS) tersebut belum ada samasekali di tangan mereka. Jawaban Bill sederhana saja kepada Paul, “Bukankah kau pernah bilang bahwa kau kenal seseorang yang kita bisa beli system operasinya, karena tidak mungkin kita memberi jawaban tidak pasti kepada IBM”. Dan akhirnya Paul Allen mendatangi orang tersebut, dan mencoba menawar system operasi tersebut seharga $50.000. Sementara Paul mendatangi orang tersebut, Bill Gates menunggu dengan perasaan gelisah, khawatir orang tersebut tidak mau menjual system operasinya. Tapi akhirnya, orang tersebut mau menjual kepada mereka. Inilah sebuah momentum yang menghantarkan microsoft berjaya dan menjadikan Bill Gates menjadi orang terkaya di dunia.
Apa yang hebat dari Bill Gates dan Paul Allen? Dari sekian banyak hal, saya melihat satu hal yang sangat jelas. Apa itu? Mereka memiliki passion. Mereka menyukai apa yang mereka kerjakan. Mereka dari dulu menyukai dunia komputer dan senantiasa mencari berita-berita di majalah yang berkenan dengan komputer, sebuah barang langka dan belum canggih kala itu. Begitu intensnya dengan dunia itu, sehingga mereka tahu bahwa sebuah komputer yang diproduksi memiliki masalah yang sama, yaitu bahasa program yang hebat. Bahkan dalam buku Outliers yang ditulis oleh Malcolm Gladwell menyebutkan bahwa orang-orang yang sangat sukses adalah orang-orang yang begitu menyukai dan mencintai apa yang mereka kerjakan. Begitu cintanya sehingga mereka rela melakukannya hingga 10.000 jam. Inilah passion, sesuatu yang membuat kita suka melakukannya. Bahkan apapun yang kita kerjakan akan terasa ringan karena adanya passion ini.
Saya sangat suka dengan defenisi impian dari John Eliot, seorang Ph.D yang juga seorang motivator dan pengajar bisinis juga psikologi. Katanya, impian adalah perasaan. Menjadi demikian mudah apa yang kita capai jika apa yang kita kerjakan itu sangat menyenangkan, karena impian kita adalah passion kita sendiri. Sekarang, apa passion Anda?
*) Syahril Syam adalah seorang berlisensi NLP dan certified Hypnotherapist. Beliau juga adalah seorang konsultan, terapis, public speaker, dan seorang sahabat yang senantiasa membuka diri untuk berbagi dengan siapa pun. Ia memadukan kearifan hikmah (filsafat) timur dan kebijaksanaan kuno dari berbagai sumber dengan pengetahuan mutakhir dari dunia barat. Ia juga adalah penulis buku best seller The Secret of Attractor Factor. Teman-temannya sering memanggilnya sebagai Mind Programmer, dan dapat dihubungi melalui ril@trainersclub.or.id
Sumber :
http://pembelajar.com/what%E2%80%99s-your-passion

Cita-cita, sesuatu yang sering sekali ditanyakan sejak kita kecil bahkan ketika kita sudah dewasa. Saya masih ingat ketika masih imut2nya kecil dulu selalu ditanya klo gede mau jadi apa, cita2nya apa, dan pertanyaan2 serupa oleh tante2 tidak dikenal ketika saya dipamerkan dikenalkan ke keluarga dan teman2 ortu atau di sekolah. Dan sejak dulu saya selalu tidak tahu harus menjawab apa dan lebih memilih kabur bermain atau menjawab sekenanya jika terpaksa.
Ketika SMApun saya masih belum bisa menjawab pertanyaan klasik ini dan masih tidak merasa ini hal penting yang perlu dipikirkan. Walaupun banyak yang bilang cita2 merupakan pertimbangan utama ketika penjurusan nantinya, ingin masuk IPA atau IPS (di SMU saya dulu nggak ada program Bahasa, jadi yang milih program Bahasa harus pindah sekolah :p) namun pemikiran saya ketika itu sedikit berbeda. Pertimbangan saya dalam memilih IPA hanya untuk menghindari sejarah dan geografi. Sebuah alasan yang terdengar bodoh namun saya merasa tidak butuh pemikiran yang terlalu ribet dalam menentukan sebuah pilihan
. Pilihan yang cukup aneh mengingat rata2 nilai IPS saya jauh lebih tinggi dari IPA. Dapet 7 di Fisika merupakan mujizat sementara dapet 8 atau 9 di Ekonomi dan Sosiologi merupakan makanan sehari2 buat saya ketika itu tapi tetap saja saya lebih memilih mempelajari rumus2 daripada harus menghafal tahun2 sejarah, luas negara di geografi atau Undang2 di Tata Negara. Apesnya masih harus menghafal Pasal2 di PPKn dan tetep ada Sejarah di IPA hiks
.
Lulus SMU, masalah cita2 masih menghantui kehidupan dan karena saya masih tidak punya cita2 selepas SMU maka ortu menyuruh saya masuk fakultas kedokteran dengan alasan masa depan lebih terjamin dan banyak alasan lain padahal banyak terlihat praktek2 dokter yang nggak laku di jalan (praktek Ponari aja masih lebih rame) namun untuk menyenangkan ortu (gak pengen ribut aja benernya) saya memilih fakultas kedokteran sebagai pilihan kedua sekaligus sebagai motivasi tambahan agar pilihan pertama saya di Teknik Informatikalah yang tembus. Pilihan saya di Teknik informatika sendiri bukan dikarenakan cita2 namun lebih karena sebuah alasan bodoh lain yang akan saya ceritakan di postingan yang lain.
Dan walaupun banyak pilihan yang saya ambil berdasarkan pertimbangan2 nggak logis dan berbagai alasan bodoh, saya cukup bahagia dengan keadaan saya sekarang. Mengenai cita2, masih belum terpikir juga sampai sekarang. So bagaimana dengan kalian? Apa Cita-citamu?
Copyright 2010 AWET MUDA
Theme designed by Lorelei Web Design
Blogger Templates by Blogger Template Place | supported by One-4-All